Cerita zat pappain pada pepaya

Liburan ini enaknya ngapain, ya?
Kok jadi bertanya sama yang lain nih. Ketahuan kalau ya kalau hidup aku pada hari libur ini tak terschedule. Ya udah selagi mikir nanti siang acaranya apa, coba ah intip-intip di dapur kanjeng mami lagi masak apa, ya?

Lah dalah, wah my wife lagi masak apa, nih?

O walah  dia lagi masak daun pepaya muda. wah asyik nih bisa habis nasi sebakulwakul, tapi kok malah jadi dilemma nih, takut gendut.
Mana daun pepayanya dimasak pakai  di campur sama ikan teri, petai,  wah ndak ku..kuat.
" yang...sayang kamu tau aja kalau daun pepaya aku suka, kamu cantik deh sayangku" pujiku.

He eh di puji malah dianya tidak respect, malah memgajukan sebuah pertanyaan. Dia bingung sih. Begini kebingungannya.

"kok bisa ya daun pepaya asalnya pahit rasanya setelah di rendam dalam tanah lem-pong kok hilang pahitnya."

"Kalau kamu tanya aku, aku tanya siapa hayo" aku jawab sambil bercanda.


Ya begitulah nenek moyang kita ya seorang pelaut. Ups. Meninggalkan kearifan lokal yang bermanfaat bagi anak warisnya. Kalau analisaku sih kan zaman dulu belum ada TV berlangganan apalagi gawai dengan sosial medianya. Ada banyak untuk berkreasi meramu, tak seperti saat ini pada sibuk dengan gawainya.
Dan distribusi materaial dapurpun tidak selancar zaman now. Para ortu-ortu kita beberapa generasi yang lalu memutar kepala, bagaimana agar kebutuhan soal makan bisa tercukupi dari kebun sekitar rumah.
Nah otak-atik soal menu masakan dan problemnya jadi kerja harian di samping ngosip.wkwkwk.
Tentu  bukan asal cocoklogi. Perlu riset berulang-ulang kali agar apa yang di save buat sesama.

Sekarang kalau di tanya bagaimana proses penemuan formula canggih tanah lempong bisa menghilang rasa pahit pada daun pepaya? Pasti pada bingung, benar tidak man teman.  kayak aku ini.
 Bagimana tak bingung? mereka(nenekmoyang) tidak meninggalkan jurnal ilmiah sih, dan sistem periwayatannya pun tidak canggih-canggih amat, lewat bisik-bisik tetangga, itu saja sudah terima dalam bentuk matangnya. Tidak meninggalkan jejak metodologinya. bagaimana,? bingung toh.

Jangankan proses penetralan zat papain yang bikin pahit. Yang karya monumental kayak bikin candi borobodur saja aku masih bingung bagaimana mengangkat batu-batu yang besar padahal zaman dulu kan belum ada crane atau alat berat, ya?. apalagi yang ini.

Tapi yang aku yakini bahwa nenek dan moyang tidak sampai mengiris secara analisis apalagi memberi nama bahwa kandungan dalam daun pepaya itu bernama zat papain yang masuk dalam asam amino yang punya rumus rantai karbon berenteng bisa lupa bercocok tanam. he...
Apalagi pakai motode ilmiah kayak Christiaan Eijkman menemukan kaitan kulit ari padi dengan penyakit beri-beri mana sempat. Pokoknya coba-coba tapi ya pakai trial and error juga ya? Setelah pas dan aman di turunkan deh pada kita-kita yang tidak jadi pelaut lagi, sudah kantoran. Nggak nyambung ya.?

Yang penting sih bahwa Tuhan menciptakan alam ini sungguh luar biasa, sempurna banget, menyediakan apapun secara alamiah ya. Dan untuk itu yuk sama-sama bilang subhanallah together. Disamping menciptakan kepahitan juga menyediakan penetralnya, tapi kudu usaha. Jangan ongkang-ongkang kaki.
Apalagi manusia di bekali daya survival yang luar biasa. Di mana sih di bumi yang belum di jamah tangan manusia. Mau yang punya suhu ektrim di kutub sampai di gurun sahara bisa hidup apalagi di bumi nyaman kayak di bawah garis khatulistiwa ini. Apalagi soal makanan. Paling ahli meramunya.

Dan jangan dilupakan juga sama Allah. Manusia di bekali akal pikiran untuk berpikir menurut kadar zamannya. Beda dengan sekarang semua artificial taste, lahir dibalik pintu lab dan belum tentu cukup save bila di konsumsi dalam jangka waktu lama.

Ya sudah lama-lama jadi bingung endingnya bagaimana ini cerita.
Mending icip-icip lalu kabur deh ke kebun sebab acara liburan ini adalah mau nanam ketela di kebun kita

Comments

Popular posts from this blog

Judi nomer

Bagaimana cara memulai sebuah bisnis?

Tips-tips ampuh menghindari keganasan group WA.