Jamaah Hanging Out


Kang Parmin mengintip dari balik gorden jendela rumahnya. Sudah beberapa minggu ada hiburan yang menggugah fetish.

Lek Parmin tidak tahu artinya,  Apa Yang  diucapkan sang pemimpin. Sebab sepertinya aneh, bahasa inggris. Tapi lek Parmin menikmati alunan lagu “Paijo ngelu ndase” nya zaskia goyang itik.

Yang diingat cuma, one… two… seven… eight diulang-ulang sambil goyang pantat, Goyang kepala. Lek Parmin tidak ambil pusing, karena disana ada pemandangan full press body nirsimetris. Pantang untuk dilewatkan, batinnya.

“Pak’ ngapain lihat-lihat? Pingin mau ikut aerobik.”  tiba-tiba istrinya hadir bersamaan  irama turun-naik jangkun Lek Parmin.

“Enggak, ngapain bapak ikut, kurang kerjaan.”

“Lalu ngapain ngintip.”

Lek Parmin mana berani ngaku. Padahal, bisa sampai akhir acara nyaman di balik tirai jendela.

“Ya heran saja. Kayaknya sia-sia saja mereka senam.”

“Kok bisa? Itu biar sehat, biar badan kembali ideal lagi.”

“ngimpi kali… mana bisa? Senamnya satu kali, ngemil di depan tipinya seminggu.”

Rata-rata para wanita yang lagi aerobik, berumur tiga puluh sampai empat puluh tahun. di lapangan bola volly dekat rumah Lek Parmin. Baginya itu cukup menggembirakan. Bisa ikut goyang-goyang jasmani lagi rohani dibalik jendela.

“Ibu tidak ikut?

“Apa…, ikut?”

“Iya.!”

“Boleh….”

Kayaknya tawaran Lek Parmin ditanggapi serius sama istrinya. Dalam hati minggu depan bakal happy fun ikut mereka. Bosan lihat pantat panci hitam sama tumpukan pakaian kecut, pengen ajojing kayak mereka. Bahkan kalau perlu ke salon, relaksasi kepala.

==============

Di saat yang sama,  gank perut buncit lagi meeting tingkat tinggi. Tentu di tanah lapang sirkuit bola volly dekat rumah Lek Parmin. Rumput jadi alas lesehan.  Bau kecut keringat bersinergi parfum sisa tadi malam. Ibu-ibu muda gagal langsing merancang agenda siang hari.

“Nanti siang, kemana acaranya?” tanya instruktur senam berbody indah. Sebagai landmark program senam yang sukses.

“Bagaimana kalau kita jalan-jalan ke mall? Kayaknya Aku perlu sepatu baru nih?” Annisa usul. Walaupun perutnya masih seperti belum ikut alias gagal langsing tetap semangat.

Ajakan hanging out Anissa disambar Indah. “Oke… habis itu seperti rencana minggu kemarin. Lanjut makan-makan di pemancingan, bagaimana?”

“Bagaimana kawan-kawan.” instruktur senam meminta persetujuan.

“Yoi…” hampir serempak

“Wah aku tidak bisa.” Rini sumartini keberatan.

“Kenapa, lakimu belum bayaran? Sudah aku traktir. penting ikut.” Tantang Annisa, Istri juragan sumur bor yang lagi naik daun.

Atas nama persatuan, solidaritas ibu-ibu muda surplus ekonomi pada mengiyakan. Kasiah juga yang minus tapi mau gaya, kedodoran.

Kemajuan teknologi membuat gampang pekerjaan. Para ibu-ibu muda dimanjakan,  hingga minim aktivitas rumah tangga. Ini beda sama istrinya Lek parmin,Yu Salmi. halaman rumahnya menghijau penuh sayuran dalam pot. Maka makan, ngemil, masih saja ramping berisi.

===============

Ahad bulan  sepuluh hari kedua puluh dua. Lek Parmin kelimpungan. Ada yang hilang di rumahnya. Tidak ada segelas kopi, tidak ada suara gaduh di dapur. Kemana Maknae?

Hal tersebut tiga mengurangi antusiasme duduk dibalik jendela. berlindung dalam lipatan  gorden.

Ternyata, candaan tempo hari ditanggapi serius. Yu salmi bermodal nekat pakai daster ikut senam aerobik.

“ha...duh. bakalan  sarapannya molor makan siang nih.” batinnya di balik kaca  jendela.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Judi nomer

Bagaimana cara memulai sebuah bisnis?

Tips-tips ampuh menghindari keganasan group WA.