A..ha ternyata pak caleg pakai jurus begitu
Wajar sih saat ini terlihat gambar para caleg berderet-deret sepanjang jalan, kan masa kampanye. Caleg punya uang melimpah sanggup nyewa tempat baliho resmi tur gede, yang minim doku gambarnya nempel di pohon pun sudah happy.
Itulah standar kampanye paling umum. Tapi ketertarikan konstituen ya jangan di harapkan, kalau model begituan buat menjaring pemilih. Masyarakat tidak mau cuma di sodori gambar cantik, ganteng nan senyum di kulum tok. Ada hal lain buat mengerakkan tangan rakyat buat memilih caleg di tobong. Kasihan juga sih, sudah pemer gambar terbaik tapi dianggap angin lalu. Jangan bersedihlah wahai para caleg ada kok manfaatnya, yaitu masyarakat tahu bahwa di kau nyaleg. Cuma modal gambar, aku jamin ndak bakalan banyak yang milih cuma jadi pengembira saja.
Malam tadi ada outsourcing sang caleg yang datang kerumah. Setelah basa-basi, kesana-kemari, ngalor-ngidul akhirnya sampai inti pembicaraan. Kampanye ternyata, tapi bukan bawa brosur kampanye berisi visi n misi ke mars progran kerja malah membawa lembaran berupa daftar nama-nama pemilih.
"Lek, mau dapat uang pas nyoblos ndak?" O ternyata mau money politics nih ceritanya.
"Mau dong emangnya ada yang mau bagi-bagi duit, ya?"
"Iya lek, kalau lek muh mau dapat uang tapi syaratnya besok nyoblos orang ini! Syaratnya nyetor foto kopi KTP plus KK, buat laporan ke atas." Sambil menyodorkan sebuah gambar caleg.
"Ogah ah. Nanti kalau disalah gunakan buat daftar SIM card gimama? Males ah."
"tidaklah, Aku jamin."
Di masa saat ini hal seperti itu merayap dari door to door. Setiap caleg punya entul/tenaga lepas di setiap kampung bahkan RT. Dia di bebani untuk memdata siapa saja yang mau mencoblos namanya pas pemilu besok dengan imbalan uang.
Ngeri ya?
Strategis para caleg saat ini hampir mirip-mirip bak pinang di belah pake kampak jadi dua.
Para outsoucing tadi di suruh mengumpulkan orang-yang mau memilihnya dengan imbalan uang. Tenaga-tenaga bayaran tadi ada kok di setiap kampung bahkan tingkat RT. Kalau yang tak punya siap-siap saja gagal jadi Aleg.
Minimal di setiap TPS ada koordinatornya. Tugas ya mencari orang, mendisbusikan uang, memastikan memilih.
Ya tidak semua orang mau juga mau memilih dengan mode begitu ada juga yang memilih dengan hati tapi kan itu yang mengenal caleg cukup dalam. Minimnya masa kampanye dan caleg modal karbitan tentu tidak begitu intens bergaul dengan masyarakat dan jurus itu dipakai.
Tentu juga kita mau memilih orang baik yang tak punya catatan keburukan baik hukum maupun sosial, tapi sulit juga dengan terbatasnya masa gaulnya. Tapi mereka orang-orang baik kok dan ini dibuktikan dengan SKKB dari kepolisian.
Taukan saudara berapa target pemilih yang di bebankan oleh caleg? Ya kalau bisa sebanyak-banyaknya, ndak bisa, ya sepuluh saja.
Bukan modal uang juga sih. Ada yang kasih sumbangan prasarana tempat umum, baju seragam majelis taklim bahkan ada juga yang di ajak buat ziarah kemakam para waliyullah.
Intinya guys. (Daripada kelamaan nulis dan lagi antum-antum males baca.😃)
Bahwa kampanye saat ini adalah penuh money politics dan ini tidak baik buat perjalanan demokrasi. Kan tujuan memilih adalah mendudukkan orang-orang terbaik di lembaga legislatif yang bisa mewakili rakyat untuk membuat seperangkat peraturan dan kebijakan. Kebijakan itu berpihak pada kebenaran bukan pada uang. Begitu idealnya.
Tok...tok..tok.. wah ada tamu nih, mungkin ada tamu ya guys, coba aku tenggok dulu ya. Mungkin tenaga musiman caleg lain datang.
"Ma'af pak, kami mau menawarkan slang gas elpiji bapak dan memeriksanya apakah masih bagus atau kudu di ganti"
O alah sales toh.
Itulah standar kampanye paling umum. Tapi ketertarikan konstituen ya jangan di harapkan, kalau model begituan buat menjaring pemilih. Masyarakat tidak mau cuma di sodori gambar cantik, ganteng nan senyum di kulum tok. Ada hal lain buat mengerakkan tangan rakyat buat memilih caleg di tobong. Kasihan juga sih, sudah pemer gambar terbaik tapi dianggap angin lalu. Jangan bersedihlah wahai para caleg ada kok manfaatnya, yaitu masyarakat tahu bahwa di kau nyaleg. Cuma modal gambar, aku jamin ndak bakalan banyak yang milih cuma jadi pengembira saja.
Malam tadi ada outsourcing sang caleg yang datang kerumah. Setelah basa-basi, kesana-kemari, ngalor-ngidul akhirnya sampai inti pembicaraan. Kampanye ternyata, tapi bukan bawa brosur kampanye berisi visi n misi ke mars progran kerja malah membawa lembaran berupa daftar nama-nama pemilih.
"Lek, mau dapat uang pas nyoblos ndak?" O ternyata mau money politics nih ceritanya.
"Mau dong emangnya ada yang mau bagi-bagi duit, ya?"
"Iya lek, kalau lek muh mau dapat uang tapi syaratnya besok nyoblos orang ini! Syaratnya nyetor foto kopi KTP plus KK, buat laporan ke atas." Sambil menyodorkan sebuah gambar caleg.
"Ogah ah. Nanti kalau disalah gunakan buat daftar SIM card gimama? Males ah."
"tidaklah, Aku jamin."
Di masa saat ini hal seperti itu merayap dari door to door. Setiap caleg punya entul/tenaga lepas di setiap kampung bahkan RT. Dia di bebani untuk memdata siapa saja yang mau mencoblos namanya pas pemilu besok dengan imbalan uang.
Ngeri ya?
Strategis para caleg saat ini hampir mirip-mirip bak pinang di belah pake kampak jadi dua.
Para outsoucing tadi di suruh mengumpulkan orang-yang mau memilihnya dengan imbalan uang. Tenaga-tenaga bayaran tadi ada kok di setiap kampung bahkan tingkat RT. Kalau yang tak punya siap-siap saja gagal jadi Aleg.
Minimal di setiap TPS ada koordinatornya. Tugas ya mencari orang, mendisbusikan uang, memastikan memilih.
Ya tidak semua orang mau juga mau memilih dengan mode begitu ada juga yang memilih dengan hati tapi kan itu yang mengenal caleg cukup dalam. Minimnya masa kampanye dan caleg modal karbitan tentu tidak begitu intens bergaul dengan masyarakat dan jurus itu dipakai.
Tentu juga kita mau memilih orang baik yang tak punya catatan keburukan baik hukum maupun sosial, tapi sulit juga dengan terbatasnya masa gaulnya. Tapi mereka orang-orang baik kok dan ini dibuktikan dengan SKKB dari kepolisian.
Taukan saudara berapa target pemilih yang di bebankan oleh caleg? Ya kalau bisa sebanyak-banyaknya, ndak bisa, ya sepuluh saja.
Bukan modal uang juga sih. Ada yang kasih sumbangan prasarana tempat umum, baju seragam majelis taklim bahkan ada juga yang di ajak buat ziarah kemakam para waliyullah.
Intinya guys. (Daripada kelamaan nulis dan lagi antum-antum males baca.😃)
Bahwa kampanye saat ini adalah penuh money politics dan ini tidak baik buat perjalanan demokrasi. Kan tujuan memilih adalah mendudukkan orang-orang terbaik di lembaga legislatif yang bisa mewakili rakyat untuk membuat seperangkat peraturan dan kebijakan. Kebijakan itu berpihak pada kebenaran bukan pada uang. Begitu idealnya.
Tok...tok..tok.. wah ada tamu nih, mungkin ada tamu ya guys, coba aku tenggok dulu ya. Mungkin tenaga musiman caleg lain datang.
"Ma'af pak, kami mau menawarkan slang gas elpiji bapak dan memeriksanya apakah masih bagus atau kudu di ganti"
O alah sales toh.
Calon korutor
ReplyDeleteYang model begitu jangan begitu
ReplyDeleteJangan di coblos, terima uangnya biar kapok
ReplyDeleteZaman bodol
ReplyDeleteMau baik mau bejat tak money politik hakul yakin kalah
ReplyDeleteSebagai rakyat kecil, siapapun yg terpilih kita tetap sama cari makan sendiri.
ReplyDeletebuat santai aja.
Hidupkan hati nurani
ReplyDeleteBanyak banget tu gan yang modelnha seperti itu
ReplyDeleteSaat uang yg berbicara..
ReplyDeletePemilihan lalu tempat kami demikian pak.... Subuh2 pintu di gedor, katanya dikasi amplop... Kecuali rumah kami. Lahh wong paksu saya ketua panwascam saat itu😁😁😁
ReplyDeleteayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
ReplyDeletehanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^